Malam ini ada yang tak biasa. Aku yang sedari tadi sedang menyampul beberapa buku yang baru saja kubeli dari pameran buku cukup terganggu dengan bunyi "Ting...ting..." yang bertubi-tubi keluar dari speaker HPku. Kuhitung ada sekitar tujuh kali HPku berdering dan bergetar begitu hebatnya, menandakan ada tujuh SMS pula yang berturut-turut masuk ke HPku. Bermaksud ingin husnudzon, kuabaikan segala perasaan dan pikiran macam-macam yang sempat singgah di otakku.
Dengan dua kali pencet saja, aku sudah bisa membuka pesan yang baru saja masuk,
"Assalamualaikum. Innalillahi wainna ilaihi raji'un. Telah berpulang ke rahmatullah sahabat kita, Shaffi Wafiyati (angkatan 2011) karena sakit. Semoga amalnya diterima di sisi Allah dan diberikan tempat yang terbaik."
Deg! Shaffi? Yang kutahu memang ia sedang sakit. Tapi, apakah memang benar sekarang dirinya telah tiada? Tidak, mungkin ini salah informasi. Lalu kucoba membuka SMS yang lain. Sama! Semua SMS itu mengatakan hal yang sama! Berita meninggalnya Shaffi, adik kelasku semasa SMA dahulu.
Sedih...
Heran...
Terpukul...
Jama'ah ini kembali kehilangan seorang mujahidah yang luar biasa tangguh dan hebatnya. Walaupun aku memang tak terlalu akrab dengannya, tapi aku tahu berita kehebatannya dari teman sesama ikhwan maupun akhwat semasa SMA dulu. Dia yang lulusan sebuah SMP IT "terbaik" se-kota Semarang itu jelas bukan anak SMA biasa seperti teman-temannya kebanyakan. Mulai dari prestasi dalam bidang akademis, non akademis, sampai hafalannya yang luar biasa itu terdengar sejuk di telinga kami yang notabene kakak-kakak angkatannya. Apalagi ketika dirinya tidak sangsi untuk mendaftar di Rohis, tentulah kami senang sebagai kakak angkatannya yang juga sudah dua tahun berada di Rohis.
"Melihat teman berjuang sedang aku harus berbaring saja membuat air mata ini selalu meleleh. Bahkan di setiap tetesnya tak mampu menghilangkan rasa sedih yg terpancar." (Shaffi Wafiyati)
Namun, sekitar akhir tahun 2011, Allah SWT memberinya sebuah ujian. Ia menderita penyakit Lupus, sebuah penyakit langka yang belum ditemukan obatnya itu. Ahh...tapi memang Allah SWT selalu memberikan cobaan sesuai dengan kemampuaan hambaNya. Lebih tepatnya tingkat keimanan hambaNya. Meskipun dirinya terbaring lemas tak berdaya di atas ranjangnya, tapi semangatnya seakan selalu hadir di antara teman-teman seperjuangannya. Aku pun mengakui ketabahan dan ketangguhannya dalam menghadapi keganasan penyakitnya itu melalui update-an status Facebook dan cerpen-cerpen yang ia buat. Terkadang kuintip halaman blognya, untuk sekedar "mencuri" semangat dan aura keceriaannya.
"setiap ngrasa sakit, aq sering gag percaya aq bisa menghadapi rasa sakit ini..aq jadi semakin lemah dan tak terkendali..
tapi ternyata Allah tidak pernah membiarkan aq terpuruk..Allah mengirimkan keluarga dan teman yang selalu percaya bahwa aq bisa melewati semuanya dengan senyuman,,
senyuman itu,,
kepercayaan itu,,
semangat itu,,
sangat berarti bagiku...
mulai sekarang aq akan percaya diriku bisa melewati ini..."
(Shaffi Wafiyati)
Dan sekarang, ia telah benar-benar syahid meninggalkan dunia, kembali menghadapNya untuk tinggal di surga selama-lamanya. Ya, insya Allah ia syahid. Syahid dalam jihadnya melawan penyakit. Dan aku sama sekali tak terbesit rasa kasihan kepada dirinya, justru akulah yang seharusnya mengasihani diriku sendiri, yang masih sering terkungkung dalam kemaksiatan. Astaghfirullahal 'adzim...T_T
Innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Semoga amal serta ibadahmu diterima di sisi Allah SWT ya dek, aamiin...
Innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Semoga amal serta ibadahmu diterima di sisi Allah SWT ya dek, aamiin...
Catatan: Beberapa kutipan di atas, diambil dari akun Facebooknya.
0 Response to "Malam yang Tak Biasa"
Posting Komentar