DANAMON vs CELENGan
Setelah sekian lama vakum di blog akhirnya muncul keinginan kembali untuk menulis sharing pengalaman.
Bermula dari kejadian mudik lebaran tanggal 4 Agustus 2013. Sebetulnya direncanakan mudik lebaran tanggal 5 Agustus 2013, jadi bisa menyelesaikan revisi skripsi. Namun apa daya, tak ada yang jual makanan, seluruh warteg tutup di seputaran Kebon Jeruk dan sekitarnya.
Akhirnya saya putuskan untuk berangkat ke Lampung saja. Dompet sudah, uang sudah, tas berisi pakaian ganti sudah, beres.. Pukul 20.00 saya berangkat dari Pintu tol Kebon Jeruk menuju arah Pelabuhan Merak. Hmm, karena penuhnya saya duduk di bagian bagasi belakang bus, dengan tarif Rp 25.000,00, dan bersahabat dengan panasnya uap mesin bus. Beruntung sampai di Bala Raja ada penumpang yang turun sehingga bisa pindah tempat duduk dengan nyaman.
Tepat pukul 23.00 sampailah di Pelabuhan Merak, tanpa membuang waktu saya segera menuju loket kapal dengan membeli karcis Rp 13.000,00. Menuju kapal, duduk, dan tidur.. Hingga pemberitahuan bahwa kapal sudah sampai di Pelabuhan Bakauheni pukul 02.00. Ramainya terminal Pelabuhan Bakauheni membuat saya terpaksa ikut berdesak-desakan dengan pemudik lain. Sesekali saya memeriksa dompet di saku belakang. Hingga akhirnya... saku belakang kosong sesaat setelah saya berhasil naik ke sebuah bus Puspa Jaya arah Bakauheni - Raja Basa. KTP, ID yayasan, STNK, SIM, ATM BRI, ATM Danamon, kartu mahasiswa, dan sejumlah uang hilang.
Dengan tenang segera saya menuju ke KSKP Terminal Pelabuhan Bakauheni untuk membuat surat kehilangan. Beruntung ada polisi baik hati yang memberi uang saku untuk membayar bus, bahkan masih ada uang kembalian. hehe.. Belum kelar pak polisi ini membuatkan surat kehilangan untuk saya, ada lagi yang melaporkan hal yang sama. Cukup rawan, itu yang saya pikirkan saat itu. Namun harus tetap bersyukur, di tempat lain bahkan ada perampokan yang korbannya dilukai, atau bahkan dibunuh. Bukan takut mati, tapi kasihan pelakunya nanti yang harus mempertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. :(
Setelah sampai tujuan, segera saya menghubungi kedua bank untuk keperluan memblokir ATM, dan saya periksa kembali surat kehilangan tersebut, ups.., ada kesalahan tulis tanggal, ini kesalahan saya karena tidak memeriksa saat itu juga. Sudahlah tak usah dipikirkan, nanti kembali ke Jakarta mampir dulu ke KSKP Terminal Pelabuhan Bakauheni, pikir saya.
Benar, tanggal 11 Agustus 2013, saya sempatkan datang kembali untuk membetulkan kesalahan cetak tersebut. Laporan saya direspon dengan baik dan segera dibuatkan pembetulannya. Pada saat surat kehilangan saya di print, ada lagi dua orang bapak yang melapor kehilangan dompet seisinya. Mungkin bapak yang satunya hanya mengantar. Wah, harus waspada nih..
Itu baru prolognya saudara, cerita baru akan dimulai.
Begini, tanggal 12 Agustus 2013 pukul 14.00 saya menuju ke Kantor Cabang Pembantu Bank Danamon unit Puri Indah. Perlu saya jelaskan bahwa sekolah tempat saya bekerja menjalain kerja sama dengan bank ini dalam hal penggajian. Jadi para pegawai wajib membuat rekening dan ATM di bank ini. Saya menceritakan perihal kehilangan ATM, berikut saya bawa surat kehilangan kepolisian, foto kopi KTP (beruntung KTP sempat saya foto sebelumnya), serta laporan rekening bulanan. Menurut prosedur yang disampaikan CS Bank Danamon, bahwa penggantian ATM harus membawa KTP asli, sekali lagi HARUS ASLI. Sedangkan KTP saya kan hilang.
Setelah saya menceritakan kesulitan saya, bahwa KTP diterbitkan di Pemkab Kulon Progo, (red: Kulon Progo tuh nama sebuah kabupaten di Jogja, tempat penulis dilahirkan.) dan hari libur sekolah mengikuti hari libur nasional, maka tidak mungkin saya membuat KTP dalam waktu yang singkat, harus menunggu bulan Desember, atau ijin tidak mengajar dalam beberapa hari (dan yang pasti opsi ini tidak mungkin diijinkan).
Mendengar penjelasan saya akhirnya CS menghubungi pimpinannya. Yang saya pikirkan, berarti sebenarnya keputusan berada di kepala unit, ada harapan lah..
Namun, jawabannya tetap tidak, maaf, tetap tidak bisa.
Saya berpikir sejenak, ini adalah bank tempat saya membuka rekening, dan menabung, namun sama sekali tidak dapat memberikan solusi bagi permasalahan saya. Terpikir saat itu untuk mengambil seluruh tabungan dan menutup rekening, namun itu tidak mungkin, karena gaji ditransfer ke rekening ini.
Ya sudah, dengan pertimbangan tersebut, saya mengambil semua tabungan yang ada. Hanya sedikit, karena hanya sisa gaji saya.
Akhirnya saya putuskan untuk rajin datang ke teller setiap ada transaksi masuk atau gaji bulanan ditransfer, tidak lain adalah untuk mengosongkan rekening dan menyimpannya di celengan saja, agar saya bisa mengambil sewaktu-waktu. Tidak butuh ATM yang merepotkan. Haha, solusi konvensional yang jitu.
Setidaknya jika saya sebulan bertransaksi di ATM bersama dengan potongan Rp 5.000,00 x 10 kali transaksi, saya bisa hemat Rp 50.000,00/bulan. Lumayan bisa untuk beli paket internet. Terlebih saya dapat menghidupkan kembali tradisi nyelengi (nabung di celengan). Bawa seperlunya jika pergi, dan tanpa ada potongan apapun. Gratis tarik tunai kapanpun, dan bebas administrasi bulanan.
Intinya setiap kejadian ada hikmahnya..
Dan jangan lupa tetap bersyukur, karena masih banyak pemberian Tuhan lain yang dapat kita nikmati.
Amin..
0 Response to "DANAMON vs CELENGan"
Posting Komentar