Sabar, Perbaiki Diri, dan Berpuasalah


Syukur, seringkali gagal terucap karena diiringi oleh rasa semu yang membutakan.

Misalnya, ketika kita makan. Pernah dengar istilah, "Bumbu terenak dari setiap masakan adalah rasa lapar"?

Sayangnya, selalu dan selalu, konsentrasi kita terlalu banyak teralihkan kepada enak dan tidaknya rasa dari makanan itu. Padahal, seenak apapun makanan yang kita makan, kalau kita makan dalam kondisi perut yang sudah kenyang, menjadi biasa saja tuh rasanya. Bahkan besar kemungkinan tidak kita habiskan, karena perut kita sudah tidak sanggup menampungnya. Sebaliknya, sestandar apapun rasa makanan yang kita makan, sepiring itu rasanya kurang kalau kita makan dalam kondisi perut yang kosong.

Lapar, menjadi sesuatu yang seringkali lupa untuk kita syukuri. Terbutakan oleh rasa dari makanan yang akan kita makan.

###

Kalau itu tadi tentang makan, kondisi yang sama berlaku pula terhadap masalah kehidupan yang sedang kita lalui.

Kita ini memang makhluk yang mudah lupa, sering tidak sabar, terlalu banyak mengeluh, dan sok bisa menyelesaikan masalah dengan cara kita sendiri. Sampai akhirnya segala cara yang kita tempuh tidak berhasil, barulah kita mengadu kepada Allah. Iya ga sih?

Masalah, membuat kita lupa bahwa ada Allah yang selalu membersamai kita.

###

Dan disadari atau tidak, pacaran merupakan pertanda tidak sabarnya kita dalam menghadapi masalah jodoh. Kita sok bisa menemukan jodoh dengan cara kita sendiri. Melupakan Allah yang sudah memberi kita batasan dan aturan dalam segala hal, termasuk dalam hal mencari jodoh.

Teringat nasihat seorang Ustadz,
"Ingatlah, bahwa ada nikmat yang tercabut setiap kita menempuh jalan yang tidak berkah."

Sabar, perbaiki dirimu, jika tidak sanggup maka berpuasalah.

#selftalk

0 Response to "Sabar, Perbaiki Diri, dan Berpuasalah"

Posting Komentar