Judul posting di atas merupakan sebuah pertanyaan awam yang sering sekali kita dengar baik saat bertemu kawan lama maupun kawan yang baru saja kita kenal. Pertanyaan simpel yang bahkan banyak dari kita sering otomatis melontarkannya tanpa berpikir panjang terlebih dahulu. Pertanyaan yang memuat kata "sibuk" yang tak jarang ketika kita memang sedang jobless atau lagi banyak nganggurnya akan menjawab, "Lagi ga sibuk apa-apa nih", ucap kita sambil nyengir. Wah...gawat juga ya, hidup singkat di dunia kok lagi ga sibuk apa-apa. Padahal yang sibuk pun belum tentu ada hasilnya...
"Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya." [Al-Kahfi: 103-104]
#plaakk...
Ayat di atas rasanya seperti sebuah tamparan keras yang mendarat di pipi kita, yang terkadang merasa terlalu yakin dengan apa yang kita kerjakan sekarang. Khawatir sekali diri ini ketika apa yang kita sibukkan saat ini ternyata bernilai NOL di mata Allah kelak di Yaumul Mizan (Hari Penimbangan Amal). Ampuni kami, Ya Allah...T_T
Tapi meskipun begitu, tetaplah kita harus menjadi sosok muslim yang sibuk. Sibuk kesana kemari mencari amalan andalan yang dapat membuat Allah ridho untuk kita masuk ke surgaNya. Jangan menjadi muslim pragmatis-melankolis yang hanya mengerjakan amalan-amalan wajib sendiri tanpa memperhatikan lingkungan sekitar, yang berharap masuk surga sendirian, menikmati kolam susu sendirian, bercanda dengan para bidadari surga sendirian, alias sholeh pribadi.
Hal inilah yang selalu memotivasi diri ini untuk selalu mencari amalan yang mendatangkan Multi Level Pahala, mencoba mengajak orang untuk sholeh bersama-sama (sholeh sosial). Ya, amalan yang ketika saya menjalaninya akan mengalir pahala berantai yang tiada putusnya. Nah, salah satunya yang sedang saya garap yaitu Radio Streaming ANN Jateng. Ini dia linknya >> http://annjateng.listen2myradio.com/
Mungkin ada banyak yang skeptis dengan proyek ANN Jateng yang satu ini. Bahkan bisa jadi ada beberapa pihak yang merasa terdzolimi dengan adanya streaming ANN Jateng ini. Karena memang bagi sebuah stasiun radio (Islam) yang sudah lama berdiri bisa jadi ini merupakan sebuah ancaman karena persaingan berebut pendengar streaming tentu akan lebih keras. Tapi satu hal yang perlu saya sampaikan bahwa jangan sekali-kali kita membesarkan nama institusi atau lembaga yang sedang kita ikuti. Tujuan kita untuk apa sih ketika berada di institusi atau lembaga ini? Jika untuk berdakwah, maka sudah seharusnya lah yang kita besarkan adalah ISLAM, bukan nasyidnya, bukan radionya. Dan nasyid dan radio streamingnya ini merupakan salah satu sarana dakwahnya, maka aneh kalau ada yang tidak suka dengan kemunculan sarana baru sebagai penunjang dakwah.
Sebuah analogi sederhana yang bisa dipakai juga untuk kalangan munsyid yang sepertinya saat ini disibukkan meroketkan nama timnya masing-masing tapi melupakan esensi nasyid itu sendiri. Banyak dari kita (karena saya juga seorang munsyid) terkotak-kotak dalam sebuah label bernama ANN, FSNI, FKN, atau apapun namanya. Padahal kalau mau bergabung dan berkoordinasi bersama kita akan menjadi sebuah kekuatan solid yang cukup tangguh untuk melawan musik-musik bathil nan galau yang sekarang merajai tangga musik di Indonesia.
Tidak hanya munsyid, kalangan aktivis kampus pun juga tampaknya sama. Ketika sudah masuk dalam organisasi ini dan itu rasa-rasanya sulit bagi kita (karena saya juga seorang aktivis) untuk tidak membesarkan nama organisasi kita. Akhirnya di tengah jalan sibuk dengan program kerja yang terkadang tidak jelas manfaatnya. Melupakan dakwah yang seharusnya menjadi prioritas kita. Astaghfirullahaladzim...semoga kita tidak seperti itu ya, anggap saja ini hanya prasangka dari penulis sendiri...
ISLAM pun juga tak kalah terkotak-kotak, ada kelompok ini dan kelompok itu yang mendeklarasikan kelompoknya masing-masing sebagai Aswaja (Ahlus Sunnah Wal Jamaah). Padahal yang seharusnya kita banggakan itu identitas keISLAMan kita, bukan identitas kelompok kita. Berharap suatu saat nanti semua kelompok akan bersatu menjadi suatu kesatuan. Tarbiyah memegang pemerintahan dengan keistimewaannya dalam berpolitik, Muhammadiyah memegang masyarakat kota dengan pendekatannya yang modern, Nahdlatul Ulama memegang masyarakat desa dengan pendekatannya yang santun dan sederhana, Salafy menjadi pusat penggodokan bagi para ulama karena luasnya wawasan keIslaman orang-orangnya, dan kelompok-kelompok lain berkumpul menjadi satu untuk visi misi yang sama, amar ma'ruf nahi munkar. Tidak lagi mementingkan kelompoknya sendiri-sendiri lagi.
Oleh karena itu, melalui radio streaming ANN Jateng inilah saya berharap kawan-kawan saya, yang masih asyik terlena dengan syair-syair bathil penggalau jiwa, berubah menjadi pendengar nasyid yang erat kaitannya dengan musik positif. Walaupun ada kekhawatiran yang timbul ketika orang mulai beranggapan bahwa mendengarkan nasyid sama dengan ibadah. Sehingga mereka melupakan untuk membaca Al-Quran maupun mendengarkan murrothal. Lagi-lagi diri ini harus banyak istighfar. Astaghfirullahaladzim... tapi semoga tidak ya. Nasyid ini hanya sebatas menjadi transisi dan penyemangat bagi seseorang yang semula penikmat musik galau menjadi akhi-ukhti, mujahid-mujahidah, hafidz-hafidzah yang mempunyai semangat menggelora untuk mengusung panji-panji Islam. Aamiin...^_^
Mahiba Nasyid saat ON AIR di RRI PRO 2 FM |
Saling mendoakan ya semoga bisa istiqomah di jalan yang dipenuhi orang beruntung yang insya Allah dirahmati ini...:)
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung." [Al-Imran: 104]
0 Response to "Bahtera, Lagi Sibuk Apa Sekarang?"
Posting Komentar